PRINSIP PENATALAKSAAN HIPERTENSI
- Get link
- X
- Other Apps
HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 10 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastoliknya 90 mmHg.
Etiologi :
1. Gangguan emosi
2. Obesitas
3. Konsumsi alkohol yang berlebihan
4. Rangsangan kopi dan tembakau yang berlebihan
5. Obat-obatan
6. Keturunan
Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan fisik kemungkinan tidak akan dijumpai adanya suatu
kelainan yang nyata selain tekanan darah yang tinggi akan tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus). Seseorang yang mengalami hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala muncul biasanya dengan timbul adanya kerusakan
vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling sering muncul dan menyertai hipertensi.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
pada pusta vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Dengan dilepaskannya norepineprin akan mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Dengan dilepaskannya neropineprin akan mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin. Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah mengjadi
angiotensin II yang menyebabakan adanya satu vasokonstriktor yang kuat. Hal ini
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibatakan volume
intravaaskuler. Semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan struktur
dan fungsi pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan distensi daya tegang pembuluh
darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Evaluasi diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi.
Protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Pemeriksaan khusus seperti
renogram, pielogram intervena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal
terpisah, dan penentuan kadar urine dapat dilakukan untuk mengidentifikasikan
pasien dengan penyakit kardiovaskuler.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
farmokologis
2.
Penatalaksanaan
non farmokologis (diet), penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai
pelengkap penatalaksanaan farmokologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi
perlu diterapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuannya dari penatalaksanaan
diet adalah sebagai berikut :
a.
Membantu
menurunkan tekanan darah secara bertahap mempertahankan tekanan darah menuju
normal.
b.
Mampu
menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
c.
Menurunkan
faktor resiko lain seperti berat badan berlebih, tingginya asam lemak,
kolesterol dalam darah.
d.
Mendukung
pengobatan penyakit penyerta seperti ginjal dan DM
Prinsip penatalaksanaan hipertensi :
- a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
- b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita
dan jenis makanan dalm daftar diet. Konsumsi garam dapur tidak lebih dari
1/4-1/2 sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium
(yogiantoro, 2006)
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment