Permasalahan Lingkungan Hidup
- Get link
- X
- Other Apps
Permasalahan Lingkungan Hidup
permasalahan lingkungan hidup, atau secara pendek
lingkungan, mendapat perhatian yang besar dihampir semua negara. ini terutama
terjadi dalam dasawarsa 1970-an setelah diadakannya konferensi PBB tentang lingkungan hidup
di stokholm dalam tahun 1972 dilaksanakan pada tanggal 5 juni, dan
disepakati sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Dalam konferensi stockholm
telah disetujui banyak resolusi tentang lingkungan hidup yang digunakan sebagai
landasan tindak lanjut. Salah satu diantaranya ialah didirikannya badan khusus
dalam PBB yang ditugasi untuk mengurus permasalahan lingkungan, yaitu United
Nations environmental programme, disingkat UNEP. Badan ini bermarkas besar di
nairobi, kenya.
Suatu tonggak sejarah tentang
permasalahan lingkungan hidup di
indonesia ialah diselenggarakannya seminar pengelolaan lingkungan hidup dan
pembangunan nasional oleh universitas padjajaran di Bandung pada tanggal 15-18
mei 1972. Seminar itu merupakan seminar tentang lingkungan hidup pertama kalinya
diadakan diindonesia.
Walaupun seminar bandung itu
telah dilaksanakan lebih dari 10 tahun yang lalu, namun apabila disimak kembali
laporan tersebut ternyata banyak yang kini masih berlaku.
Dalam
bulan september 1972, universitas padjajaran telah mendirikan lembaga ekologi
sebagai tindak lanjut seminar tersebut.
Alasan mengapa lembaga itu tidak disebut lembaga penelitian lingkungan hidup,
ialah karena yang menjadi perhatian bukanlah lingkungan hidup itu sendiri,
melainkan hubungan timbal balik anatara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Jadi, pada hakekatnya yang menjadi perhatian ialah masalah ekologi.
Terdapat
kesan dan pengertian umum, permasalahan lingkungan hidup adalah suatu hal yang
baru. Permasalaan lingkungan hidup itu ada sejak manusia ada dibumi. Para ahli
memperkirakan umur bumi telah kira-kira 5 miliyar tahun. Pada mulanya atmosfer
bumi tidak terdapat oksigen (O2),
sedangkan kadar karbondioksida (CO2)
tinggi. Susuanan kimia atmosfer dan kondisi lingkungan lainnya pada waktu itu
menunjukan belum adanya kehidupan dibumi, karena kondisi itu tidak memungkinkan
adanya kehidupan. Kira-kira 41/2 milyar tahun yang lalu
mulailah terdapat air cair dipermukaan bumi dan mulailah terbentuk kehidupan
yang sederahana dalam bentuk molekul organik, antara lain juga yang mengandung
zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya klorofil mulailah berlangsung proses
fotosintesis di bumi. Dalam proses ini makhluk yang berklorofil mengolah CO2, dengan menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber energi, menjadi karbohidrat dan terbentuk pula O2. Dengan makin berkembangnya organisme yang
berklorofil, proses fotosisntesis pun makin berkembang.
Proses
itu selanjutnya memungkinkan terbentuknya lapisan ozon atmosfer atas
(stratosfer), sehingga bumi terlindung dari sinar matahari bergelombang pendek
yang mematikan makhluk hidup. Dengan adanya perlindungan lapisan ozonkehidupan
tidak hanya berkembang didalam lapisan air yang dalam, yang melindungi makhluk
hidup dari gelombang pendek matahari oleh lapisan air yang tebal, melainkan
juga di lapisan air yang atas. Bahkan dengan sempurnanya perlindungan lapisan
ozon, kehidupan dapat pula berlangsung didaratan.
Kenaikan
kadar O2 dalam atmosfer memungkinkan pula berkembang
organisme hidup aerob, yaitu organisme yang membutuhkan O2 untuk kehidupannya. Lambat laun bentuk
kehidupan pun makin kompleks. Dari organisme bersel satu berkembanglah
organisme bersel banyak dengan bermacam organ yang tersusun dalam strukturyang
tersusun dalam struktur yang teratur.
Organ-organ dalam tubuh itu bekerjasama dengan rapih sebagai suatu kesatuan
sistem.
Terbentuknya
lingkungan hidup tidak terjadi secara linier lurus. Misalnya, pada waktu-waktu
tertentu terjadi peristiwa geologi yang besar yang melipat permukaan bumi,
sehingga terbentuklah gunung-gunung dan aktivitas volkanis. Dengan peristiwa
itu tersingkaplah batu-batuan dari lapisan dalam yang lalu bersentuhan dengan
atmosfer dan mengalami oksidasi. Proses oksidasi besar-besaran itu menurunkan
kadar O2 dalam
atmosfer. Karena itu setiap orogenesis, yaitu proses pembentukan pegunungan,
yang kadang-kadang meningkat dan kadang-kadang menurun, terjadilah pula fluktuasi kadar O2 dalam atmosfer.
Perubahan
yang besar dalam lingkungan hidup mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Dalam
sejarah bumi kita telah tercatat punahnya beribu jenis hewan dan tumbuhan. Misalnya dinosaurus, hewan
melata (reptilia) pada zaman purba yang banyak jenisnya, telah punah lebih dari
60 juta tahun lalu. Manusia purba
seperti Australopithecus africanus dan A.robustus
di afrika, manusia primitif solo dijawa,
telah punah. Apa sebab kepunahan mereka, tidaklah diketahui dengan pasti. Kita
hanyalah dapat menerka, mereka punah mungkin karena terkena bencana alam,
perubahan iklim, wabah penyakit, kalah bersaing dengan makhluk lain atau
kombinasi faktor-faktor itu, yang kesemuanya merupakan masalah lingkungan.
Uraian
diatas menjelaskan bahwa permasalahan lingkungan bukanlah hal yang baru.
Permasalahan itu ada sejak bumi itu lahir, apabila kita meninjau lebih
jauh dan bukannnya antroposentris. Kita
lihat pula bahwa bumi itu tidaklah statis, melainkan dinamis dengan terus
menerus mengalami perubahan. Kini
perubahan pun masih berjalan. Kontinen-kontinen bergerak, gempa bumi terjadi,
gunung berapi meletus, angin taufan mengamuk, serta musim kemarau dan musim
penghujan yang abnormal terjadi. Perubahan itu hanya terjadi sebagaian saja
yang disebabkan oleh manusia. Letusan Gunung Tambora di Sumbawa (1815), Gunung
Krakatau di Selat Sunda (1883), Gunung Agung di Bali (1962) dan Gunung
Gulunggung di Jawa Barat (1982) adalah peristiwa alam yang terjadi sama sekali
diluar pengaruh kegiatan manusia. Tanpa manusia pun, yaitu sebelum manusia ada,
telah ada juga kepunahan hewan dan tumbuhan. Jadi kepunahan hewan dan tumbuhan
tidak selalu disebabkan manusia.
Namun
dengan demikian makin majunya teknologi
masalah lingkungan antropogenik, yaitu yang disebabkan oleh manusia,
makin besar, teknologi komunikasi pun makin maju. Dengan kemajuan teknologi
komunikasi, informasi tentang permasalahan lingkungan menyebar dengan luas dan cepat kesegala penjuru dunia. Disamping
itu permasalahn lingkungan bersumber dari negara yang telah maju, anatara lain
amerika serikat. Karena citranya sebagai negara maju, dan kekuasaan ekonomi dan
politik negara maju itu, perbincangan tentang permasalahan lingkungan pun
diikuti oleh negara yang sedang berkembang. Seringkali ikut sertanya itu secara
membabi buta, tanpa ditelaah relevansi permasalahannya dengan kondisi negara yang bersangkutan. Misalnya,
pencemaran oleh industri merupakan masalah
utama dinegara yang maju dan karena itu pencemaran industri mendominasi
permasalahan lingkungan di negara itu. Tetapi di negara berkembang seperti
indonesia yang menjadi permasalahan lingkungan yaitu pencemaran limbah
domestik, yaitu limbah yang berasal dari rumah tangga, lebih umum dan mengenai
lebih banyak orang dari pencemaran oleh industri. Misalnya lebih dari 5 juta
orang menderita sakit muntah berak yang disebabkan oleh tercemarnya air oleh
kotoran manusia.
Orang
beranggapan pula, pernasalahan lingkungan menjadi besar karena kemajuan
teknologi. Tetapi harus pula disadari teknologi bukan saja dapat merusak
lingkungan, melainkan diperlukan juga untuk mengatasi masalah lingkungan.
Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya
populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan
akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman dan lain kebutuhan serta limbah
domestik juga bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi ini telahb
mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan hidup. Di negara
berkembang yang tingkat ekonominya dan
teknologinya masih rendah, kerusakan hutan dan tata air yang disertai kepunahan
tumbuhan dan hewan, dan erosi tanah, serta sanitasi yang buruk yang menyebabkan
berkecambuknya penyakit infeksi dan parasit, merupakan masalah lingkungan yang
mencekam didaerah itu. Masalah itu hanya dapat diatasi dengan meningkatkan
kemampuan dan ekonomi rakyat, sehingga dengan itu akan dapat membuat penduduk
menjadi mampu untuk menanggulangi masalah itu dengan kekuatan sendiri.
Dengan
demikian masalah lingkungan di negara yang sedang berkembang hanyalah
dapat diatasi dengan pembangunan, oleh
karena itu disebabkan oleh kemelaratan
dan kurangnya pembangunan. Pembangunan dan pembinaan lingkungan adalah sejoli
yang tak terpisahkan. Namun pembangunan
itu dapat dan telah menyebabkan masalah lingkungan yang mengurangi, bahkan meniadakan, manfaat
pembangunan. Oleh karena itu masalahnya bukanlah untuk mempertanyakan membangun atau tidak membangun, misalnya
menggunakan atau tidak menggunakan pestisida untuk pangan, membuat atau tidak membuat pabrik,
dan seterusnya. Yang menjadi masalah ialah bagaimanakah membangun yang tidak
merusak lingkungan, yaitu pembangunan yang bijaksana yang akan menaikkan
kualitas lingkungan yang terdukung terlanjutkan. Jadi pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
Daftar
pustaka :
Soemarwoto,
otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Djambatan
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment