PENYAKIT DISLIPIDEMIA
Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan kadar lipid yang abnormal pada plasma dan
mencakup spectrum yang luas. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar HDL (Dipiro et
al, 2015)
Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti:
Faktor Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya
kolesterol HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada wanita lebih
besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper pada 589
perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol sedikit berbeda
yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat sedangkan kadar
HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol
total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005).
Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin
menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL,
sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan
menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol
HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan
sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada
kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi, 2005).
Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.
Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara
berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor
dislipidemia primer karena faktor genetik (Djauzi, 2005).
Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat
badan atau juga bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan berat
badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu banyak
yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya. Kelebihan berat
badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat menurunkan HDL
(Anwar, 2004).
Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk
meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain itu
berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk membantu
proses memindahkan kolesterol LDL dalam darah terutama pada
pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke hati untuk diubah
menjadi asam empedu. Asam empedu ini diperlukan melancarkan
proses pencernaan kadar lemak dalam darah. Semakin
rutin berolahraga dengan teratur maka kadar kolesterol LDL dalam
tubuh akan semakin berkurang sampai menuju ke titik normal
(Arisman, 2008).
Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, dan menurunkan kolesterol HDL. Ketika pengguna rokok
menghisap rokok maka secara otomatis akan memasukkan karbon
monoksida ke dalam paru-paru dan akan merusak dinding pembuluh
darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang
hormone adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang
dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
arterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai
resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).
Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai
kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2
cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan
kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen.
Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami
hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis
kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan
lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%).
Lipoprotein
dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I (Kilomikron), IIa (LDL), IIb
(LDL+very-low-density lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density
lipoprotein), IV (VLDL), V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al, 2015).
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol
yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi
seperti meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom metabolik dan kadar
kolesterol HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat protektif terhadap
oksidasi LDL (Suyatna, 2006).
Pengelolaan Dislipidemia
Pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologis yang berupa diet,
latihan jasmani, serta pengelolaan berat badan. Tujuan terapi diet adalah
menurunkan resiko penyakit jantung koroner dengan mengurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori. Perbaikan
keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi
melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori.
Terapi Nutrisi Medis
Pasien dengan penyakit dislipidemia dianjurkan untuk mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak trans tidak jenuh sampai < 7-10%
total energi. Penggantian makanan sumber kolesterol dan lemak
jenuh dengan makanan alternative lainnya misal produk susu
rendah lemak. Pasien disarankan mengonsumsi makanan padat gizi
(sayuran, kacang-kacangan, dan buah) serta dianjurkan untuk
menghindari makanan tinggi kalori (makanan berminyak dan soft
drink) konsumsi makanan suplemen contohnya asam lemak omega
3, makanan tinggi serat dan sterol. Meskipun begitu, upaya
perubahan pola diet harus dilakukan secara bertahap (Sugiarto,
2015).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan program latihan yang
mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas
sedang (menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu,
dengan pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang
disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda, dan berenang. Tujuan
aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa
sesi sepanjang rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi
beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat disela aktivitas
penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu
(Sugiarto, 2015).
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu terapi
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari terapi
farmakologi dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk
mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah. Tujuan jangka panjang
untuk mencegah terjadinya jantung koroner. Cara penanganannya
dengan menormalkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL
dalam darah (Anwar, 2004).
Golongan Obat Dislipidemia
Golongan Statin
Golongan Statin dapat menghambat reduktase 3-hydroxy-3-methylglutaryl
coenzyme (HMG-CoA), menghambat HMG-CoA menjadi mevalnoat, mengurangi
katabolisme LDL. Bila digunakan sebagai terapi golongan Statin paling banyak
digunakan (Dipiro et al, 2015).
Golongan Fibrate
Terapi Fibrat yaitu Gemfibrozil, Fenofibrat, dan Clofibrat. Golongan fibrat
efektif dalam mengurangi VLDL, LDL, dan nilai kolesterol total. Konsentrasi
HDL dalam plasma dapat meningkat menjadi 10%-15%. Gemfibrozil dapat
mengurangi sintesis VLDL dan lebih beresiko menyebabkan miopati
dibandingkan fenofibrat jika dikombinasi dengan Statin. Jika Fibrat diberikan
bersamaan dengan statin maka sebaiknya waktu pemberiannya dipisah, misalnya
Fibrat pada pagi hari dan Statin diberikan pada malam hari. Penggunaan
Clofibrate kurang efektif dibandingkan Gemfibrozil atau Niacin dalam
mengurangi produksi VLDL (Charles, 2009). Fenofibrat merupakan golongan
fibrat yang baik jika dikombinasi dengan Statin untuk menurunkan kadar
trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL dengan Dislipidemia
campuran dan penyakit jantung koroner (Goldfine et al, 2011).
Efek samping Fibrat yaitu gangguan gastrointestinal (GI) terjadi pada 3%-
5%, ruam, pusing, pandangan kabur, vertigo, sembelit, diare (Charles, 2009)
1. Assesment
a. Riwayat
Terkait Gizi Dan Makanan
Riwayat
terkait gizi dan makanan terdiri dari asupan makanan dan zat gizi, pemberian makanan dan zat gizi,
penggunaan obat pengetahuan/sikap/kepercayaan, ketersediaan makanan, aktifitas
fisik dan ukuran/ nilai pasien fokus terkait makanan dan zat gizi.
Untuk
penyakit dislipidimia riwayat terkait makanan yang perlu diperhatikan yaitu:
·
Asupan
Makanan Dan Zat Gizi
Komposisi
dan kecukupan asupan makanan dan zat gizi, pola makan dan snack, diet saat ini
dan sebelumnya, modifikasi makanan dan lingkungab makan.
Terdiri
dari :
-
Asupan
Energi
adalah
jumlah asupan energi yang berasal dari berbagai sumber. Asupan energi total
yaitu kalori/hari,kalori/kg/hari. Metode yang digunakan anatara lain catatan
asupan makan, recall 24 jam, catatan harian makan selama 3-5 hari, food
frequency questionnaire (FFQ), catatan asupan pengasuh, analisis menu, catatan
input(I) dan output (O). Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat menggunakan
capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
-
Asupan
Makanan
adalah
jumlah, jenis yang dikonsumsi ,pola makan dan kualitas diet. Untuk jumlah makan
biasanya dinyatakan dalam porsi, potong, gelas, atau gram. Jenis makanan
terdiri darai makanan yang difortifikasi, makanan atau produk makanan khusus
dan makanan siap pakai. Pola makan menyatakan frekuensi makanan (kali/hari).
Index kualitas diet terdiri dari healthy eating index (HEI), children’s diet
quality index (C-DQI) dan revised children’s diet quality index (RC-DQI).
Metode yang dapat digunakan antara lain catatan asupan makan, recall 24 jam,
food frequency questionnaire (FFQ). Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat
menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien.
-
Asupan
Lemak
adalah
konsumsi lemak dan kolesterol dari semua sumber termasuk makanan, minuman
suplemen, dan via enteral maupun parenteral. Asupan lemak terdiri dari :
Ø
asupan
lemak total
Ø
asupan
lemak jenuh, didefinisikan sebagai lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap
antara molekul karbon
Ø
asupan
lemak trans, didefinisikan sebagai asupan lemak tidak jenuh yang terhidrogenasi
dengan asupan trans dari atom hidrogen berdekatan dengan ikatan rangkapnya.
Metode
pengukuran untuk asupan lemak terdiri dari food intake record, recall 24 jam,
FFQ, asupan kualitatif analisis menu, kuesioner dan monitoring lemak dan
kolesterol. Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat menggunakan capaian yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
-
Asupan
Protein
Adalah
asupan protein dari sumber, termasuk makanan, minuman, suplemen, dan via
enteral maupun parenteral. Asupan protein terdiri dari :
Ø
Asupan
protein total
Ø
Asupan
protein biologis tinggi menggambarkan asupan protein yang mengandung rasio asam
amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh
Ø
Asupan
whey menggambarkan asupan protein lengkap yang terkandung dalam susu dan produk
susu yang terdapat dalam bahan makanan
Ø
Asupan
casein menggambarkan asupam komponen phospoprotein dalam susu dan produk susu
yang terkandung dalam bahan makanan
Ø
Asupan
gluten menggambarkan asupan protein yang didapat dari sereal, biji-bijian dan kandungan
glutenin
Ø
Asupan
protein alami menggambarkan asupan porsi total protein yang berasal dari bahan
makanan.
Metoda
yang dapat digunakan untuk asupan protein yaitu food record, recall 24 jam,
FFQ, asupan protein kualitatif, label nilai gizi makanan, informasi produk
lainnya, tabel komposisi zat gizi. Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat
menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
-
Asupan
Karbohidrat
Konsumsi
karbohidrat dari semua sumber termasuk makanan, minuman, suplemen dan via
enteral maupun parenteral. Asupan karbohidrat terdiri dari :
Ø
Asupan
karbohidrat total
Ø
Asupan
karbohidrat kompleks menggambarkan asupan polisakarida yang mengandung 3 atau
lebih gula disebut juga tepung.
Ø
Asupan
gula sederhana (sukrosa)menggambarkan asupan disakarida yang terdiri dari
sukrosa dan fruktosa disebut juga gula meja
Ø
Asupan
galaktosa menggambrakan asupan monosakaridan dengan komponen laktosa
Ø
Asupan
sumber karbohidrat
Metode
yang dapat digunakan anatara lain food record, recall 24 jam, FFQ, asupan
karbohidrat kualitatif, analisis menu, catatan intake/output. Adapun untuk
evaluasinya yaitu dapat menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan
kebutuhan pasien
-
Asupan
Vitamin Dan Mineral
Adalah
asupan vitamin dan mineral dari semua sumber termasuk makanan dan minuman,
suplemen yang melalui enteral maupun parenteral.
Ø
Asupan
vitamin terdiri dari : vitamin A,D,E,K,C dan B
Ø
Asupan
mineral terdiri dari : calcium,chloride, iron, magnesium, potasium, phosphorus,
sodium, zinc, sulfate, flouride,iodine, magnesium dan lain-lain. Namun untuk
penyakit dislipedimia yang perlu diutamakan adalah kalium dan kalsium.
Metode
yang dapat digunakan adalah laporan pasien FFQ, asesmen asupan kualitatif dan
kuesioner penggunaan suplemen. Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat menggunakan
capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Antropometri
Antropomerti adalah
pengukuran fisik dimana secara tidak langsung menilai kemajuan komposisi tubuh
dan perkembangannya. Melalui pengukuran antropomerti, akan dapat diketahui
perubahan bentuk dan komponen tubuh akibat asupan zat gizi (Supariasa, 2001).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah
ukuran tunggul dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan
tebal lemak bawah kulit (Supariasa, 2001). Data antropometri digunakan untuk
menilai status gizi pasien dan menentukan kebutuhan energi dan zat gizi pasien.
·
Komposisi/Pertumbuhan
Tubuh/Riwayat Berat Badan
Adalah
pengukuran tubuh termasuk lemak, otot, dan komponen tulang serta pertumbuhan.
Komposisi tubuh yang dapat di assesmen untuk penyakit dislipidimia terdiri dari
:
-
Tinggi
Badan
Tinggi badan merupakan
parameter yang terpenting bagi keadaan gizi yang telah lalu dna keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang
penting karena menghubukan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa
dikesampingkan. Tinggi badan merupakan tubuh yang mengGafikkan pertumbuhan
rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama
halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001).
-
Berat
Badan
Berat badan merupukan
ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan
mengGafikkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Sebagai
indikator dalam penilaian status gizi, berta badan biasanya dinyatakan sebagai
indeks dengan ukiran antropometri lain, misalnya berat badan menurut umur
(BB/U) (Supariasa, 2001). Berat badan seseorang oleh beberapa faktor, antara
lain : umur, jenis kelmain, dan aktifitas fisik.
-
IMT
Indeks massa tubuh
merupakan faktor indikator status gizi untuk memantau berat badan normal orang
dewasa bukan untuk menentukan over weight dan obesitas anak anak dan remaja.
Nilai indeks massa tubuh dihitung dengan meggunakan rumus :
IMT = berat
badan /tinggi badan2
Metode
pengukuran sumber data yang dapat digunakan adalah rujukan unit pelayanan
kesehatan, pengukuran langsung, laporan dari pasien dan rekam medik. Adapun
untuk evaluasinya yaitu dapat menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan
kebutuhan pasien
·
Data
Biokimia
Biokimia adalah ilmu
yang mempelajari senyawa-senyawa kimia dan prosesnya dalam tubuh makhluk hidup.
Biokimia dalam tubuh yang berhubungan dengan protein melipitu kadar ureum,
kadar albumin, dan kadar kreatinin (Willian, 2009). Pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung
diagnosa penyakit serta menegakkan masalah gizi pasien. Data pemeriksaan
laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit yang menyertai
misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolestrol
total, HDL, LDL, glukosa darah, ureum, creatinin, asam urat, trigliserid, dan
feces (PGS, 2013). Pada
pasien Dislipidemia dengan
Hipertensi pemeriksaan data biokimia meliputi :
-
HB : 14 g/dl, normal
-
Kolesterol : normal = <200 mg%
-
Trigliserida : normal = <150 mg%
-
LDL : normal = <150 mg%
-
HDL : normal = >55 mg/dl
Metode yang dapat digunakan adalahv pengukuran biokimia,
laporan laboratorium, laporan pasien. . Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat
menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
c.
Physical findings
Adalah gejala berkaitan dengan kondisi patofisiologis
yang berasal dari pemeriksaan/ pengukuran gizi fokus pemeriksaan fisik,
wawancara, atau catatan medik. Pemeriksaan fisik meliputi kesan
klinis keadaan gizi, jaringan lemak subkutan, trofi otot, dan defisiensi zat
gizi lainnya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan
sebab akibat, antara status gizi dengan kesehatanserta menentukan terapi obat
dan diet. Pemeriksaan Fisik/Klinis untuk pasien meliputi kesadaran Umum (KU), kesadaran, suhu, tekanan darah (normal = 120/80
mmHg), RR,sesak nafas, nafsu makan turun, mual, muntah. Metode yang dapat digunakan yaitu observasi langsung,
laporan pasien, catatan medik. . Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat
menggunakan capaian yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
d.
Client history
Adalah informasi saat ini dan masa lalu terkait riwayat
personal, medis dan keluarga dan sosial. Riwayat personal terdiri dari :
-
Data personal : nama, jenis kelaimin,
usia, alamat, nomer telepon, suku/bangsa,
aga, pendidikan, pekerjaan
-
Riwayat
medis : kondisi, status penyakit dan penyakit yang dapat berdampak pada status
gizi
-
Riwayat
sosial : riwayat pasien faktor sosial ekonomi, situasi rumah dukungan asuhan,
keterlibatan dalam kelompok sosial
Metode yang
dapat digunakan adalah laporan dari pasien,rekam medik, kumpulan data
administrasi. . Adapun untuk evaluasinya yaitu dapat menggunakan capaian yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Diagnosa
Menurut Kemenkes RI
(2013) pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemugkinan penyebabnya. Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan konsep PES
atau Problem Etiology dan
Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu
:
a. Domain
asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energy, zat gizi,
cairan, substansi bioaktif dari makanan baik melalui oral maupun parenteral dan
enteral. Domain asupan untuk
penyakit dislipidimia yang perlu diperhatikan adalah :
·
NI.5
Zat Gizi
Adalah
asupan kelompok zat gizi atau zat gizi tunggal/majemuk tertentu yang aktual
atau perkiraannya dibandingkan dengan tingkat
yang diharapkan. Adapun yang termasuk domain asupan zat gizi pada
penyakit dislipidimia yaitu:
Ø
NI.
5.4 Ketidakseimbangan zat gizi
Ø
NI.5.5.1
Asupan lemak inadekuat
b. Domain
klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/
fungsi organ. Domain klinis untuk penyakit dislipidimia adalah :
·
NC.3
Berat Badan
Adalah
perubahan status berat badan atau berat badan kronik bila dibandingkan dengan
berat badan biasanya atau berat badan idaman. Adapun yang termasuk domain
klinis berat badan yaitu:
Ø
NC.3.3
Kelebihan BB/obesitas
Peningkatan
jaringan lemak dibandingkan dengan standar rujukan atau rekomendasi, berkisa
dari overweight sampai dengan morbid obesity.
Etiologinya
:
-
Penurunan
kebutuhan energy
-
Gangguan
pola makan
-
Asupan
energy berlebih
-
Kurangnya
pengetahuan terkait makanan dan gizi
-
Tidak
siap untuk merubah diet atau gaya hidup
-
Tidak
beraktifitas fisik
-
Peningkatan
stress dalam kehidupan
Ø
NC.3.4
Kenaikan BB yang tidak dharapkan
c. Domain perilaku / lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses keamanan
makanan.
Data
diagnosis gizi diperoleh dari data antropometri, biokimia, fisik klinik,
riwayat makan yang telah dikumpulkan dan dipilih yang termasuk dalam masalah
gizi. Selanjutnya ditentukan domain sesuai dengan permasalahan gizinya.
Diagnosis gizi pasien dilakukan oleh ahli gizi ruangan. Memberikan terapi gizi sesuai dengan
permasalahan pasien dengan diagnosa Dislipidimia dengan Hipertensi. Penentuan diagnosa
gizi yang diberikan kepada pasien dilakukan dengan berkoordinasi dengan ahli
gizi ruangan dan mencantumkan pada form Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
.Data diagnosis pasien meliputi Nutrition Intake (NI), Nutrition Clinic (NC),
Nutrition Behavior (NB). Data diagnosis gizi pasien dianalisis secara
deskriptif.
3. Intervensi
Intervesi yang dilakukan pada pasien Dislipidimia dengan Hipertensi yaitu dengan menghitung kebutuhan
energi dan zat gizi, jenis diet, jenis makanan, bentuk makanan, dan cara
pemberian diperoleh dari hasil wawancara dengan ahli gizi dan mengacu pada
standart diet rumah sakit. Edukasi gizi yang
dilakukan dengan memberikan konseling yang akan disampaikan oleh ahli gizi
rumah sakit. Materi yang akan disampaikan tentang makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien dislipidimia dan hipertensi.
Intervensi
gizi pda pasien penderita Dislipidimia
adalah
sebagai berikut:
a. Jenis Diet :
·
Diet Dislipidemia tahap
II
·
Diet rendah garam II
Route :Oral
Frekuensi : 3 kali makanan utama, 2 kali selingan
Bentuk Makanan : Biasa
b. Tujuan Diet :
·
Menurunkan berat badan
·
Mengubah jenis dan
asupan lemak makanan
·
Menurunkan asupan
kolesterol makanan
·
Meningkatkan asupan
karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana
·
Mencapai pola makan
yang sehat dengan perubahan perilaku
·
Menormalkan kadar
kolsterol, trigliserida, dan LDL
·
Membantu menghilangkan
retensi garam/air dalam jaringan tubuh
·
Menurunkan tekanan
darah
·
Meningkatkan derajat
secara keseluruhan melalui gizi optimal
c. Syarat Prinsip
Diet :
·
Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut
berat badan dan aktivitas fisik
·
Protein cukup,
diberikan 20 % dari kebutuhan energy total
·
Lemak sedang, diberikan
<7% dari kebutuhan energy total. Lemak tak jenuh ganda
dan tunnggal 15 % dari kebutuhan energy total
·
Kolesterol <200
mg
·
Karbohidrat sedang,
diberikan 60 % dari kebutuhan energy total
·
Serat tinggi, terutama
serat larut air
·
Vitamin dan mineral
cukup
Pilih bahann makanan :
·
sumber KH kompleks
untuk memberi rasa kenyang lebih lama
·
Jumlah natrium 600 –
800 mg
·
Pada pengolahan makanan
boleh ditambahkan garam dapur ½ sdt (2 gram)
·
Menghindari bahan
makanan tinggi natrium
Edukasi :
·
Penjelasan mengenai
dislipidemia
·
Penjelasan mengenai
diit yang sesuai
·
Perubahan perilaku
makan
Parameter yang
dimonitor :
·
Asupan makan per hari
·
Perubahan BB
·
Perubahan hasil
laboratorium
·
Perubahan fisik klinis
4. Monitoring
dan Evaluasi
Aktivitas utama dari
proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau(monitoring) pemberian
makan secara berksinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi
pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain
perubahan diet, bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang
dberikan maul, muntah, keadakaan klinis defekasi, hasil laboratorium dan
lain-lain. Tindak lanjut yang
dilaksanakan bedasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi pelayanan gizi
antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet
sesuai kondisi pasien.
Data
yang akan
dimonitoring pada pasien Dislipidimia
dan
hipertensi adalah :
·
Asupan makan per hari
·
Perubahan BB
·
Perubahan hasil
laboratorium
·
Perubahan fisik klinis
Pertanyaan yang akan diajukan untuk evaluasi
pada pasien Dislipidimia dan
hipertensi adalah :
·
Adakah perubahan asupan
makan per hari ?
·
Adakah perubahan BB ?
·
Adakah perubahan hasil
laboratorium ?
·
Adakah perubahan fisik
klinis ?
Comments
Post a Comment