JENIS -JENIS PERTUMBUHAN PADA MANUSIA

Image
  Jenis – jenis Pertumbuhan Pada dasarnya, jenis pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumubuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan  status gizi yang dihubungkan pada masa lampau dan pertumbuhan masa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada masa sekarang saat pengukuran. Pertumbuhan linier Bentuk ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.   Pertumbuhan masa jaringan Bentuk dan ukuran masa jaringan adalah masa tubuh. contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah

KEBIASAAN MAKAN DI INDONESIA



      
Kebiasaan makan Di Indonesia


Menurut Suhardjo dkk (2006.13) yang dalam bukunya berjudul Pangan, Gizi dan Pertanian mengemukakan bahwa kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan juga merupakan pola pangan. Para ahli antropologi, memandang kebiasaan makan merupakan kompleks keseluruhan dari aktifitas yang berhubungan dengan dapur, kegemaran, atau ketidaksukaan terhadap suatu jenis makanan, pepatah-pepatah rakyat, kepercayaan, larangan-larangan dan takhayul yang berbuhungan dengan produksi, persiapan pengolahan makanan dan konsumsi makan sebagai kategori pokok dari kebudayaan (Anderson, 1978). Foster (1986 : 313) mengemukakan para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan lokal, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan konsumsi makanan, dengan kata lain pangan memiliki kategori budaya yang penting. Dan sebagai kategori budaya yang penting, pangan berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan

Menurut Khumaidi ( 2004) Faktor-faktor yang bepengaruh pada kebiasaan makan masyarakat pada dasarnya dapat digolongkan dua faktor utama, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic.

Faktor Ekstrinsik terdiri dari :

  • Faktror Lingkungan Alam
Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dapat diperoleh di tempat. Di daerah dengan pola panganm pokok beras biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila be,um makan nasi, meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya daerah yang berpola pangan pokok jagung atau ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga kalau belum makan jagu atau ubi. Jadi apa yang ada dilingkungan itulah yang dikomsumsi.

  • Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda seseuai dengan kebudayaan yang dianut turun-temurun. Suharjo (2003. 9) mengatakan bahwa”unsur-unsur sosial budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan secara turun temurun yang susah berubah”. Sebagai illustrasi dapat dikemukakan, pada sekitar tahun 2007 silan terjadi bencana kekeringan didaerah pegunungan irian barat dimana penduduknya pola makanan pokoknya adalah ubi, namun terjadi gagal panen karena bencana kekeringan. Maka pemerintah lewat Dolok memberikan bantuan beras, namun yang terjadi beras yang dikirim tidak dapat mengatasi masalah kelaparan, Maka akhirnya peresiden memerintahkan pengiriman bantuan makanan sesuai makan pokok daerah setampat yaitu Ubi , barulah permasalahan kelapan dapat teratasi. Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditentukan adanya perbedaan antara suami dan istri, orang tua dan anak-anak, tua dan muda. Asa budaya mendahulukan kepala keluarga, anggota keluarga lainnya menempati urutan berikutnya dan yang paling umum mendapatkan prioritas terbawah adakah ibu-ibu rumah tangga,( Suhardjo. 2003.).

Faktor Lingkungan Budaya dan Agama 
         
          Faktor lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban social. Pada manyarakat kpta ada kepercayaan bahwa nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal makanan. Agama juga memberikan pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Misalnya “ Makanlah engkau setelah lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang” ( Hadis Nabi). Menurut Suhardjo (2003) bahwa pantangan atau tabu makan jenis makanan tertentu hampir berlaku di semua daerah di Indonesia. Pantangan makan jenis makanan tertentu biasanya dilakukan oleh para wanita dan mencakup anak-anak yang ada di bawah asuhannya. Pantangan ini sering dikaitkan dengan masalah kesehatan dan dipelihara secara turun temurun dari leluhur ke kakek dan nenek, terus ke orang tua, anak-anak dan seterunya ke generasi-generasi yang akan datang. Pantangan ini biasanya diikuti dengan ketat sekali, tetapi ada pula yang goyah dan berubah bahkan dihilangkan. Yang dikuti dengan ketet adalah pantangan makan makanan yang dilarang agama. 
          
          Dari sudut ilmu gizi, pantangan makan jenis makanan tertentu dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok, yaitu:

  •         Haram menurut agama (Islam) yaitu pantangan yang tak boleh dipersoalkan lagi dan harus diterima tanpa perdebatan.
  •       Pantangan makan jenis makanan tertentu yang tidak berdasarkan agama (kepercayaan), jenis pantangan ini sebaiknya dihapuskan, kalau jelas-jelas merugikan kondisi kesehata gizi
  •     Pantangan yang tidak jelas akibatnya terhadap kesehatan dan kondisi gizi, sebaiknya diteliti (observasi) terus untuk melihat akibatnya dalam jangka panjang, sebagai bahan untuk memutuskan kelak , apa bensr merugiksn stsu ridak.

Faktor Lingkungan Ekonomi

Kebiasaan makan juga sangat ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menut tarap ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung banyak, dengan komsusi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya masyarakat ekonomi paling lemah, yng justru pada umumnya produksen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi dibawah kecukupan jaumlah maupun mutunya.

faktor ekonomi, tidak selalu produsen atau penyalur pangan berarti pula konsumen. Kita dengan muda menemukan seorang anak di pasar dengan kondisi menderita marasmus padahal ibunya seorang pedagang telur. Ibu-ibu yang terpaksa harus bekerja unruk menambah pendapatan keluarga, meninggalkan anaknya di rumah dengan diberi uang untuk jajan, makanan yang dibeli tanpa sedikitpun pertimbangan gizi. Oleh karena itu, maka lingkungan ekonomi juga merupakan salah datu determinan yang mewarnai kebiasaan makan. Seperti yang dikemukakan Suhardjo (2003. 8) bahwa “ golongan orang yang berekonomi lemah menggunakan sebagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pola makan cukup menghilangkan rasa lapar”

Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor instrinsik ini meliputi, antara laian:

  • Paktor Asosiasi Emosional
Contoh Seorang guru Sekolah Dasar member pelajara prakarya kepada muridnya dengan beternak ayam atau kelinci misalnya, anak itu tidak akan mau memakan daging dari hewan peliharaannya, (mungkin orang yang perilaku seperti anak tadi ada di sekitar kita) karena telah tumbuh saling kasih sayang antara yang memelihara dan yang dipelihara, sehingga kita tidak sampai hati untuk memakan dagin hewan peliharaab kita itu. Karena tujuan beternak yang semula dimaksudkan untuk meningkatkan komsusi protein tidak tercapai dan kenyataannya terganti dengan tujuan ekonomi karena produksi terpaksa dijual. Wawasan konsumsi yang merupakan faktor internal yang ada pada tiap individu akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan (Ahmad 2001. 259)


  • Faktor Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang sedang sakit
Kebiasaan makan ( food habit) juga sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan (status) kesehatan seseorang. Di samping itu, perasaan bosan, kecewa, putus asa, stress adalah ketidak seimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya akan berdampak pada berkurangnya nafsu makan


  • Faktor Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Makanan
Madu, telur ayam kampong dan beberapa jenis makanan lain sering dianggap sebagai bahan makanan superior yang melebihi mutu zat gizi yang dikandungnya. Keadaan yang demikian, apabila tampak menonjol dalam kebiasaan makan akan menimbulkan kekurangan beberapa zat gizi. Dari segi ilmu gizi, kebiasaan makan ada yang baik yaitu menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula yang jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya kecukupan gizi. Kebiasaan makan yang jelek antara lain tabu (pantangan) yang justru berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti anak-anak dilarang makan daging/ ikan dengan alasan nanti akan cacingan. Oleh karena itu, dalam program perbaikan gizi ataupun dalam program diversipikasi pangan, seharusnya.


Aspek kebiasaan makan

Aspek kebiasaan makan Ibu hamil

  • ·   Pola makanan yang dimakan
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil mengenai jenis-jenis makanan yang dikonsumsi ibu hamil terutama untuk pemenuhan energi dari karbohidrat dan protein.
Dari hasil wawancara dengan informan didapatkan hasil bahwa pengetahuan informan mengenai jenis makanan bersumber energi dan protein sudah cukup baik. Informan dapat menjelaskan dengan benar jenis makanan bersumber energi dan protein. Berikut adalah kutipannya:


  • ·         Frekuensi dan porsi makan
Pada bagian ini yang dibahas adalah frekuensi dan porsi makanan ibu hamil yang dikaji dari aspek pembentuk perilaku. Aspek yang dapat dilihat adalah pengetahuan seputar frekuensi dan porsi yang baik dan sikap serta ada tidaknya kepercayaan terhadap frekuensi dan porsi makan tersebut.
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran frekuensi dan porsi kudapan yang cukup baik pada informan, berikut kutipannya:


  • ·         Kepercayaan dan pantangan terhadap makanan
Berikut akan dijelaskan mengenai kepercayaan mengenai pantangan / larangan untuk makan makanan tertentu. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap barang siapa yang melanggarnya. Ancaman bahaya yang dimaksud dalam pernyataan Suhardjo (1989) adalah gangguan kesehatan jika mengonsumsi makanan pantangan tersebut.


Aspek kebiasaan makan Usia Lanjut 

·         Pola makanan yang dimakan

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil mengenai jenis-jenis makanan yang dikonsumsi terutama untuk pemenuhan energi dari karbohidrat dan protein. Dari hasil wawancara dengan informan didapatkan hasil bahwa pengetahuan informan mengenai jenis makanan bersumber energi dan protein kurang baik. Informan kurang mengkomsumsi makanan yang beragam, sehingga pemenuhan kebutuhan Vitamin dan Mineral nya tidak tercukupi. Berikut adalah kutipannya:
            “Sumber Karbohidrat kaya nasi, singkong. Sumber Protein kaya Ikan, Telur. Jarang makan makanan yang berlemak. Jarang makan buah-buahan kecuali Pisang. Jarang minum air putih lebih sering meminum teh dan kopi”


·        Frekuensi dan porsi makan

Pada bagian ini yang dibahas adalah frekuensi dan porsi makanan yang dikaji dari aspek pembentuk perilaku. Aspek yang dapat dilihat adalah pengetahuan seputar frekuensi dan porsi yang baik dan sikap serta ada tidaknya kepercayaan terhadap frekuensi dan porsi makan tersebut.
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran frekuensi dan porsi kudapan yang cukup baik pada informan, berikut kutipannya:
            “Biasanya makan 2x sehari porsi makannya biasanya tidak terlalu banyak, sekitar 1 sendok centong nasi”


·        Kepercayaan dan pantangan terhadap makanan
Berikut akan dijelaskan mengenai kepercayaan mengenai pantangan / larangan untuk makan makanan tertentu. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap barang siapa yang melanggarnya. Ancaman bahaya yang dimaksud dalam pernyataan Suhardjo (1989) adalah gangguan kesehatan jika mengonsumsi makanan pantangan tersebut.
Berikut adalah kutipannya:
            “Tidak ada pantangan dalam makanan, karena tidak menderita suatu penyakit tertentu”

·        
S

Comments

Popular posts from this blog

PENEMUAN MINERAL

MAKANAN ASIA TENGGARA

LANGKAH-LANGKAH MENGADAKAN PENYULUHAN KESEHATAN